Hari-Hari Menuju Peristiwa Besar di
Hidupku
Siang itu matahari begitu terik.Dani berjalan menuju rumahnya,ia baru
saja pulang sekolah.Saat melewati rumah Imam ia melihat ada kerumunan orang dan
banyak makanan terhidang di sana.Dani baru menyadari bahwa Imam temannya baru
saja disunat.Sepanjang perjalanan Dani
memikirkan tentang sunatan,sebenarnya ia mau disunat tetapi ia belum siap
merasakan rasa sakit setelah disunat.Ia masih tetap memikirkan tentang sunat
hingga malam tiba.Saat anggota keluarganya sedang berkumpul Dani memberanikan
diri untuk mengatakan rencananya untuk disunat kepada ibunya.
Dani : “Bu, besok liburan aku
disunat ya?”
Ibu :
“Yakin? Kan baru mau naik kelas enam, apa tidak sebaiknya sekalian pas
mau masuk SMP nanti?”
Dani : “Gak mau ah! Kalau kelamaan nanti pengennya
ilang lagi,”
Ibu : “Ya sudah, terserah kamu saja,”
Sebulan kemudian,saat Dani pulang sekolah
Damar : “hey
dan!”(mengagetkan Dani)
Dani : “astaga!
Kenapa sih kamu?” (kaget)
Damar : “kenapa kamu
enggak ikut main?”
Dani : “aku lagi
bingung.” (dengan menyangga kepala)
Damar : “bingung
kenapa?” (penasaran)
Dani : “hmmm,aku
malu mau menyatakannya .” (menghindar)
Damar : “emangnya apa
sih yang bikin malu?”
Dani : “aku takut
disunat,ssstttt jangan ngomong ke siapapun ya!” (dengan panik)
Damar : “hah! Kamu takut disunat? Kenapa takut?
Kan kamu udah besar masak takut sih,saudaraku aja ada yang masih umur 7 tahun
udah disunat,masak kamu tidak berani,hahaha.” (dengan nada mengejek)
Dani : “bukan begitu tetapi apa sunat itu tidak
sakit? Aku hanya takut dengan rasa sakitnya.”
Damar : “memang sakit awalnya tetapi lama-lama
tidak sakit kok,pasti nanti dokter ngasih obat buat menghilangkan rasa
sakit,tenang saja.” (menenangkan Dani)
Dani : “benar begitu?”
Damar : “iya benar ,aku yang pernah merasakan
jadi aku tahu,memangnya kamu mau disunat ya dan?”
Dani : “iya,tetapi aku belum pergi ke dokter
untuk memastikan kapan aku mau disunat.”
Damar : “kalau begitu cepetan pergi ke dokter
dan,aku pasti akan menjengukmu kalau kamu disunat besuk.”
Dani : “iya besuk aku mau pergi ke dokter
sama ibuku.”
Damar : “bagus kalau begitu,hehehe.”
Beberapa waktu
kemudian mereka sampai di rumah Dani
Dani : “ehh aku duluan ya,mampir yuk.”
Damar : “makasih tapi udah ini udah siang pasti
ibuku mencariku.”
Dani : “ oh yasudah kalau begitu.”
Keesokan harinya
Ibu : “ Dani….dani….!” (berteriak)
Dani : “iya bu,kenapa?” (sambil berlari
menghampiri ibunya)
Ibu : “kamu lupa? Hari ini kan ibu mau
bawa kamu ke dokter.”
Dani : “hah! Ke dokter? Aku kan tidak sakit
bu,kenapa harus pergi ke dokter?” (dengan nada kaget)
Ibu : “loh sebulan yang lalu kamu bilang
sama ibu kalau kamu mau disunat,kok sekarang malah kaget ibu mengajakmu ke
dokter.”
Dani : “aku mau disunat
sekarang juga bu? Aduh jangan hari ini bu,aku belum benar-benar siap.” (ketakutan)
Ibu : “maksud ibu bukan hari ini
langsung disunat tetapi kita pergi ke dokter Adri dulu untuk memastikan hari
yang tepat untuk sunatanmu.”
Dani : “ohh begitu,aku kira mau disunat
sekarang.” (menghela nafas)
Ibu : “ya sudah cepat siap-siap sebentar
lagi berangkat.”
Dani : “iya bu.” (sambil berjalan menuju
kamar)
Beberapa saat kemudian Dani dan ibunya
pergi ke Semarang untuk menemui dokter Adri.Setelah menempuh perjalanan kurang
lebih satu setengah jam akhirnya Dani dan ibunya sampai di rumah dokter Adri.
Ibu : “assalamualaikum!” (sambil mengetuk pintu)
Pembantu : ”walaikumsalam.” (sambil membuka pintu)
Ibu : “dokter Adri ada?”
Pembantu : “oh ada,silahkan masuk bu,saya panggilkan dulu.” (sambil
mempersilahkan duduk)
Ibu : “iya terima kasih.” (tersenyum)
Beberapa menit kemudian dokter Adri datang.
Dokter Adri :
“maaf menunggu ya bu,sudah lama?” (tersenyum)
Ibu : “oh
tidak apa-apa dok,belum lama kok.Saya yang kemarin menelefon dokter yang berkaitan dengan sunatan anak saya dok.”
Dokter Adri :“iya
iya,bu Erni ya?(sambil mengangguk) ,anaknya sudah besar ya bu? Kelas berapa?
Ibu :
“iya benar,ini kelas 6 SD dok.Kira-kira kapan bisa disunat dok?”
Dokter Adri : “oh begitu,bagaimana kalau tanggal 2
Juni saja bu soalnya hanya hari itu saja yang belum terisi.Terus sunatnya mau
pakai laser apa mau pakai yang biasa?”
Ibu :
“iya saya ngikut dokter saja baiknya seperti apa,lima hari lagi ya dok?”
Dokter Adri : “iya
bu,kalau saya menyarankan pakai laser saja soalnya itu lebih cepat dan mudah.”
Ibu :
“iya baik kalau begitu.Bagaimana dan kamu setuju?” (memandang ke arah Dani)
Dani :
(mengangguk ketakutan)
Ibu :
“baik terima kasih ya dok,saya permisi dulu.” (sambil menggandeng Dani)
Dokter Adri :
“oh iya sama-sama,mari saya antar.” (menunjukkan pintu keluar)
Ibu :
“assalamualaikum.”
Dokter Adri :
“walaikumsalam.”
Malam harinya Om Aji dan Mas
Agung datang ke rumah Dani.
Dani :
“Eh Om,disunat itu sakit tidak?”
Om Aji : “disunat?ya tergantung pake
apa dulu,aku dulu waktu sunatan pake laser dan jadi gampang kering terus enggak
sakit juga.”
Mas Agung : “iya dan
enggak sakit kok,soalnya dulu aku pas disunat tidur,hahaha.” (menyambung
pembicaraan)
Dani :”ihh
Mas Agung bisa aja deh,aku serius ni.” (dengan nada sebel)
Om Aji :
“hush kamu tu gung,adeknya lagi takut kok malah gitu.”
Mas Agung :
“iya iya sory,tenang aja dan enggak sakit kok,kapan kamu disunat?”
Dani :
“lima hari lagi mas.”
Mas Agung :
“wah lima hari tu enggak lama hlo.”
Dani :
“aku tau kok mas,kamu enggak bilang aja aku tau.”
Ibu :
“denger tu dan disunat itu enggak sakit jadi jangan takut.”
Dani : “halah itu paling
akal-akalan mereka saja agar aku tidak khawatir. Yang namanya sunat itu pasti
sakit!” (dengan sinis)
Ibu : (tersenyum)
Lima hari kemudian.Setelah sampai di rumah sakit.
Ibu :
“ayo turun dan.” (menggandeng tangan Dani)
Dani :
(hanya diam tanpa kata)
Beberapa saat setelah sampai di depan ruangan Dokter Adri.
Ibu :
“assalamualaikum.” (sambil mengetuk pintu)
Suster Gina :”silahkan
masuk!” (membuka pintu dan tersenyum
ramah)
Dokter Adri : “walaikumsalam,silahkan masuk.”
(tersenyum ramah dan menjabat tangan ibu) “Dani Putra Antono!” (menjabat tangan
Dani)
Dani :
(hanya diam dan tersenyum sinis)
Dokter Adri : “Silahkan
duduk, buat senyaman mungkin.” (menunjukkan sebuah kursi khusus untuk Dani)
Dani :
(berjalan kemudian duduk di kursi tersebut)
Dokter Adri :
“Bagaimana? Sudah siap disunat sekarang?” (tersenyum manis)
Dani : (hanya diam tak menjawab
pertanyaan dokter Adri dan menatapnya dengan tatapan muak)
Ibu : (menendang kaki Dani
di bawah meja kerja Dokter Adri, memberiku isyarat untuk bersikap lebih sopan)
Dani :
“iya,saya siap dok.”
Dokter Adri : “Oke bagus
sekali! Sekarang kamu tunggu disini bersama mamamu dan suster Gina yang akan
membantumu selama kamu menuggu saya mempersiapkan ruang operasi untuk
khitananmu.”
Dani
menatap suster Gina yang tadi membukakan pintu untuknya dan ibunya.
Suster Gina sejak tadi terus duduk di
depan computer yang terletak di atas meja kerjanya yang berada satu ruangan
dengan ruang kerja Dokter Adri.
Suster Gina : (tersenyum pada Dani)
Dani : (berpaling muka)
Dani
duduk sambil menunggu persiapan ruang operasi untuk khitanannya. Ibunya
terus mengajaknya berbincang untuk menghilangkan rasa nervuosnya.
Ibu :
“Tak usah takut, ini tidak sakit.”
Dani : “Emang ibu pernah ngrasain?” (dengan ketus)
Ibu :
“Ya belum sih. Tapi ibu pikir rasanya sama dengam melahirkan.”
Tiba-tiba suster Gina
masuk ruang kerja Dokter Adri.
Suster Gina : “Dani Putra
Antono! Ruang operasi telah siap. Dokter Adri sudah menunggu anda di sana.”
Dani berdiri lalu
berjalan mengikuti suster yang tadi masuk, disusul oleh ibuku.
Suster Gina : “Semoga sukses!” (tersenyum manis)
Ibu dan Dani : (tersenyum pada suster Gina)
Suster Gina : “Maaf, Bu. Wanita selain paramedic dilarang masuk.”
Di dalam ruang operasi
Dokter Adri : “Sudah siap kan?”
Dani : (tak menjawab dan langsung berjalan menuju
meja operasi dan berbaring di sana)
Dokter Adri : “Sepertinya kau sudah sangat mengerti standar operasi
bedah? Bagus.”
Dokter Adri dan suster Gina sibuk menyiapkan
peralatan untuk khitanan Dani.Beberapa saat kemudian Dani tak sadarkan
diri.Detik demi detik berlalu,setelah operasi selesai Dani terbangun.
Dani : “Sakit.” (merintih)
Ibu : (hanya tersenyum lalu
berjalan untuk memencet bel panggilan dokter yang menempel di tembok di atas
kepala Dani)
Beberapa saat kemudian Dokter Adri datang
bersama Suster Gina. Dokter Adri memeriksa Dani, Dokter Adri meletakkan stetoskop di atas dada Dani, lalu
ia memeriksa tekanan darah Dani dengan tensimeter.
Dokter Adri : “Semua normal, mungkin besok bisa pulang.”
Ibu :
(menganguk sambil tersenyum ramah saat dokter Adri menatapnya)
Dokter Adri : “Ok, selamat siang. Cepat sembuh Dani.”(sambil berjalan keluar
kamar)
Ibu :
“Sudah, tidur lagi saja. Pasti kamu mengantuk karena tadi dokter menyuntikkan
oban tidur ke dalam kantung infusemu.” (mengelus kepala Dani)
Dani memejamkan mata, berusaha melupakan
rasa sakit ini menuju dunia mimpi yang indah. juga melihat ibuku sedang t setangkai bunga lili batangnya
tenggelam ke dalam vas bening bberisi airuntuk khitak mennyiapk
SELESAI