Snail%20bob%202y8s
Blacy Smiley - Haha Bucktooth













































http://www.khemer.com/media/268/Wild_West_Milkshakes/
facebookFacebook Twitter: twitterTwitter
get this widget here

Sabtu, 26 November 2011

Drama


Hari-Hari Menuju Peristiwa Besar di Hidupku
Siang itu matahari begitu terik.Dani berjalan menuju rumahnya,ia baru saja pulang sekolah.Saat melewati rumah Imam ia melihat ada kerumunan orang dan banyak makanan terhidang di sana.Dani baru menyadari bahwa Imam temannya baru saja disunat.Sepanjang  perjalanan Dani memikirkan tentang sunatan,sebenarnya ia mau disunat tetapi ia belum siap merasakan rasa sakit setelah disunat.Ia masih tetap memikirkan tentang sunat hingga malam tiba.Saat anggota keluarganya sedang berkumpul Dani memberanikan diri untuk mengatakan rencananya untuk disunat kepada ibunya.
Dani       :  “Bu, besok liburan aku disunat ya?”
Ibu         :  “Yakin? Kan baru mau naik kelas enam, apa tidak sebaiknya sekalian pas mau masuk SMP nanti?”
Dani       :   “Gak mau ah! Kalau kelamaan nanti pengennya ilang lagi,”
Ibu         :  “Ya sudah, terserah kamu saja,”
Sebulan kemudian,saat Dani pulang sekolah
Damar   : “hey dan!”(mengagetkan Dani)
Dani       : “astaga! Kenapa sih kamu?” (kaget)
Damar   : “kenapa kamu enggak ikut main?”
Dani       : “aku lagi bingung.” (dengan menyangga kepala)
Damar   : “bingung kenapa?” (penasaran)
Dani       : “hmmm,aku malu mau menyatakannya .” (menghindar)
Damar   : “emangnya apa sih yang bikin malu?”
Dani       : “aku takut disunat,ssstttt jangan ngomong ke siapapun ya!” (dengan panik)
Damar   : “hah! Kamu takut disunat? Kenapa takut? Kan kamu udah besar masak takut sih,saudaraku aja ada yang masih umur 7 tahun udah disunat,masak kamu tidak berani,hahaha.” (dengan nada mengejek)
Dani         : “bukan begitu tetapi apa sunat itu tidak sakit? Aku hanya takut dengan rasa sakitnya.”
Damar     : “memang sakit awalnya tetapi lama-lama tidak sakit kok,pasti nanti dokter ngasih obat buat menghilangkan rasa sakit,tenang saja.” (menenangkan Dani)
Dani         : “benar begitu?”
Damar     : “iya benar ,aku yang pernah merasakan jadi aku tahu,memangnya kamu mau disunat ya  dan?”
Dani         : “iya,tetapi aku belum pergi ke dokter untuk memastikan kapan aku mau disunat.”
Damar     : “kalau begitu cepetan pergi ke dokter dan,aku pasti akan menjengukmu kalau kamu disunat besuk.”
Dani         : “iya besuk aku mau pergi ke dokter sama ibuku.”
Damar     : “bagus kalau begitu,hehehe.”
Beberapa waktu kemudian mereka sampai di rumah Dani
Dani         : “ehh aku duluan ya,mampir yuk.”
Damar     : “makasih tapi udah ini udah siang pasti ibuku mencariku.”
Dani         : “ oh yasudah kalau begitu.”
Keesokan harinya
Ibu           : “ Dani….dani….!” (berteriak)
Dani         : “iya bu,kenapa?” (sambil berlari menghampiri ibunya)
Ibu           : “kamu lupa? Hari ini kan ibu mau bawa kamu ke dokter.”
Dani         : “hah! Ke dokter? Aku kan tidak sakit bu,kenapa harus pergi ke dokter?” (dengan nada kaget)
Ibu           : “loh sebulan yang lalu kamu bilang sama ibu kalau kamu mau disunat,kok sekarang malah kaget ibu mengajakmu ke dokter.”
Dani         : “aku mau disunat sekarang juga bu? Aduh jangan hari ini bu,aku belum benar-benar siap.”   (ketakutan)
Ibu            : “maksud ibu bukan hari ini langsung disunat tetapi kita pergi ke dokter Adri dulu untuk memastikan hari yang tepat untuk sunatanmu.”
Dani         : “ohh begitu,aku kira mau disunat sekarang.” (menghela nafas)
Ibu           : “ya sudah cepat siap-siap sebentar lagi berangkat.”
Dani         : “iya bu.” (sambil berjalan menuju kamar)
Beberapa saat kemudian Dani dan ibunya pergi ke Semarang untuk menemui dokter Adri.Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu setengah jam akhirnya Dani dan ibunya sampai di rumah dokter Adri.
Ibu                         : “assalamualaikum!” (sambil mengetuk pintu)
Pembantu           : ”walaikumsalam.” (sambil membuka pintu)
Ibu                         : “dokter Adri ada?”
Pembantu           : “oh ada,silahkan masuk bu,saya panggilkan dulu.” (sambil mempersilahkan duduk)
Ibu                         : “iya terima kasih.” (tersenyum)
Beberapa menit kemudian dokter Adri datang.
Dokter Adri         : “maaf menunggu ya bu,sudah lama?” (tersenyum)
Ibu                        : “oh tidak apa-apa dok,belum lama kok.Saya yang kemarin menelefon dokter yang  berkaitan dengan sunatan anak saya dok.”
Dokter Adri         :“iya iya,bu Erni ya?(sambil mengangguk) ,anaknya sudah besar ya bu? Kelas berapa?
Ibu                         : “iya benar,ini kelas 6 SD dok.Kira-kira kapan bisa disunat dok?”
Dokter Adri         : “oh begitu,bagaimana kalau tanggal 2 Juni saja bu soalnya hanya hari itu saja yang belum terisi.Terus sunatnya mau pakai laser apa mau pakai yang biasa?”
Ibu                         : “iya saya ngikut dokter saja baiknya seperti apa,lima hari lagi ya dok?”
Dokter Adri         : “iya bu,kalau saya menyarankan pakai laser saja soalnya itu lebih cepat dan mudah.”
Ibu                         : “iya baik kalau begitu.Bagaimana dan kamu setuju?” (memandang ke arah Dani)
Dani                       : (mengangguk ketakutan)
Ibu                         : “baik terima kasih ya dok,saya permisi dulu.” (sambil menggandeng Dani)
Dokter Adri         : “oh iya sama-sama,mari saya antar.” (menunjukkan pintu keluar)
Ibu                         : “assalamualaikum.”
Dokter Adri         : “walaikumsalam.”
Malam harinya Om Aji  dan Mas Agung datang ke rumah Dani.
Dani                       : “Eh Om,disunat itu sakit tidak?”
Om  Aji                : “disunat?ya tergantung pake apa dulu,aku dulu waktu sunatan pake laser dan jadi gampang kering terus enggak sakit juga.”
Mas Agung          : “iya dan enggak sakit kok,soalnya dulu aku pas disunat tidur,hahaha.” (menyambung pembicaraan)
Dani                       :”ihh Mas Agung bisa aja deh,aku serius ni.” (dengan nada sebel)
Om Aji                  : “hush kamu tu gung,adeknya lagi takut kok malah gitu.”
Mas Agung         : “iya iya sory,tenang aja dan enggak sakit kok,kapan kamu disunat?”
Dani                       : “lima hari lagi mas.”
Mas Agung         : “wah lima hari tu enggak lama hlo.”
Dani                       : “aku tau kok mas,kamu enggak bilang aja aku tau.”
Ibu                         : “denger tu dan disunat itu enggak sakit jadi jangan takut.”
Dani                     : “halah itu paling akal-akalan mereka saja agar aku tidak khawatir. Yang namanya sunat itu pasti sakit!” (dengan sinis)
Ibu                         :  (tersenyum)
Lima hari kemudian.Setelah sampai di rumah sakit.
Ibu                         : “ayo turun dan.” (menggandeng tangan Dani)
Dani                       : (hanya diam tanpa kata)
Beberapa saat setelah sampai di depan ruangan Dokter Adri.
Ibu                         : “assalamualaikum.” (sambil mengetuk pintu)
Suster Gina         :”silahkan masuk!”  (membuka pintu dan tersenyum ramah)
Dokter Adri         : “walaikumsalam,silahkan masuk.” (tersenyum ramah dan menjabat tangan ibu) “Dani Putra Antono!” (menjabat tangan Dani)
Dani                       : (hanya diam dan tersenyum sinis)
Dokter Adri         : “Silahkan duduk, buat senyaman mungkin.” (menunjukkan sebuah kursi khusus untuk Dani)
Dani                       : (berjalan kemudian duduk di kursi tersebut)
Dokter Adri         : “Bagaimana? Sudah siap disunat sekarang?” (tersenyum manis)
Dani                     : (hanya diam tak menjawab pertanyaan dokter Adri dan menatapnya dengan tatapan muak)
Ibu                        : (menendang kaki Dani di bawah meja kerja Dokter Adri, memberiku isyarat untuk bersikap lebih sopan)
Dani                       : “iya,saya siap dok.”
Dokter Adri          : “Oke bagus sekali! Sekarang kamu tunggu disini bersama mamamu dan suster Gina yang akan membantumu selama kamu menuggu saya mempersiapkan ruang operasi untuk khitananmu.”
Dani  menatap suster Gina yang tadi membukakan pintu untuknya dan ibunya. Suster Gina  sejak tadi terus duduk di depan computer yang terletak di atas meja kerjanya yang berada satu ruangan dengan ruang kerja Dokter Adri.
Suster Gina         : (tersenyum pada Dani)
Dani                       : (berpaling muka)
Dani  duduk sambil menunggu persiapan ruang operasi untuk khitanannya. Ibunya terus mengajaknya berbincang untuk menghilangkan rasa nervuosnya.
Ibu                         : “Tak usah takut, ini tidak sakit.”
Dani                       : “Emang ibu pernah ngrasain?” (dengan ketus)
Ibu                         : “Ya belum sih. Tapi ibu pikir rasanya sama dengam melahirkan.”
Tiba-tiba suster Gina masuk ruang kerja Dokter Adri.
Suster Gina         : “Dani Putra Antono! Ruang operasi telah siap. Dokter Adri sudah menunggu anda di sana.”
Dani berdiri lalu berjalan mengikuti suster yang tadi masuk, disusul oleh ibuku.
Suster Gina         : “Semoga sukses!” (tersenyum manis)
Ibu dan Dani       : (tersenyum pada suster Gina)
Suster Gina         : “Maaf, Bu. Wanita selain paramedic dilarang masuk.”
Di dalam ruang operasi
Dokter Adri         : “Sudah siap kan?”
Dani                       : (tak menjawab dan langsung berjalan menuju meja operasi dan berbaring di sana)
Dokter Adri         : “Sepertinya kau sudah sangat mengerti standar operasi bedah? Bagus.”
Dokter Adri dan suster Gina sibuk menyiapkan peralatan untuk khitanan Dani.Beberapa saat kemudian Dani tak sadarkan diri.Detik demi detik berlalu,setelah operasi selesai Dani terbangun.
Dani       : “Sakit.” (merintih)
Ibu         : (hanya tersenyum lalu berjalan untuk memencet bel panggilan dokter yang menempel di tembok di atas kepala Dani)
Beberapa saat kemudian Dokter Adri datang bersama Suster Gina. Dokter Adri memeriksa Dani, Dokter Adri  meletakkan stetoskop di atas dada Dani, lalu ia memeriksa tekanan darah Dani dengan tensimeter.
Dokter Adri         : “Semua normal, mungkin besok bisa pulang.”
Ibu                         : (menganguk sambil tersenyum ramah saat dokter Adri menatapnya)
Dokter Adri         : “Ok, selamat siang. Cepat sembuh Dani.”(sambil berjalan keluar kamar)
Ibu                        : “Sudah, tidur lagi saja. Pasti kamu mengantuk karena tadi dokter menyuntikkan oban tidur ke dalam kantung infusemu.” (mengelus kepala Dani)
Dani memejamkan mata, berusaha melupakan rasa sakit ini menuju dunia mimpi yang indah. juga melihat ibuku sedang t setangkai bunga lili batangnya tenggelam ke dalam vas bening bberisi airuntuk khitak mennyiapk

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar